Sabtu, 28 Maret 2015

Makalah Penalaran Deduktif dan Induktif


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan bimbinganNya dalam menyelesaikan pembuatan makalah tentang “Penalaran, Berfikir Deduktif Dan Berfikir Induktif”. Makalah ini kami buat berdasarkan tugas softskill yang diberikan oleh dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia 2. Tugas makalah ini kami tunjukan untuk kami sendiri sebagai mahasiswa yang belajar mamahami mengenai Penalaran, kemudian untuk dosen pengajar kami.
Penulis sadar betul bahwa penulisan ini jauh dari sempurna oleh karenanya, penulis sangat menghargai kritik maupun saran yang berguna bagi perbaikan pada penulisan berikutnya.
Pada akhirnya penulis berharap semoga penulisan ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan pecinta ilmu pengetahuan pada khususnya.
Wassalamu’alaikumWr.Wb.
Bekasi, 20 Maret 2015

Penulis


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Latar Belakang Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akat terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Selain penalaran bagian dari penalaran yaitu penalaran deduktif  dan induktif akan kita ketahui pada makalah ini serta bagaimana cara menarik simpulan dengan cara langsung dan tidak langsung.

B.     Tujuan Penulisan Masalah
Makalah ini dibuat bertujuan untuk peningkatan mutu dalam penggunaan Bahasa Indonesia dalam menguasai kemampuan berfikir, bersifat rasional dan dinamis berpandangan untuk menganalisa konsep penalaran yang bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah. Selain itu untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia 2.

C.     Rumusan Masalah
      1.      Apakah yang dimaksud dengan Penalaran Deduktif?
      2.      Apakah yang dimaksud dengan Penalaran Induktif ?

D.    Tujuan Penulisan
      1.      Mengetahui definisi Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.
      2.      Memahami arti Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.
      3.      Mampu menjelaskan Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.

E.     Metode Pengumpulan Data
                 Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini, sangat sederhana. Penulis mengumpulkan informasi dari beberapa media internet dalam mengumpulkan data.

F.      Sistematika
                 Makalah ini dibagi menajdi dua poin pembahasan. Yang pertama, mengenai apa yang dimaksud dengan Penalaran Deduktif. Yang kedua, mengenai apa yang dimaksud dengan penalaaran Induktif.
                                                                                                                        

BAB 2
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PENALARAN

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Dalam pengertian yang lain penalaran adalah suatu proses berfikir untuk menghubung- hubungkan data atau fakta yang ada sehingga dapat disebut dengan logika. Secara umum, logika dapat didefinisikan sebagai sarana untuk berfikir secara benar atau salah. Yang mana didalam logika itu, menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip- prinsip abstrak dalam merumuskan kesimpulan.
 Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga, maka akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis. Berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang akan menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut Premis dan hasil kesimpulannya disebut  konklusi. Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Adapun dalam proses bernalar, terdapat dua jenis metode yang dapat digunakan, yaitu bernalar secara deduktif dan benalar secara induktif.


B.     BERNALAR SECARA DEDUKTIF

Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya induksi (Kamus Umum Bahasa Indonesia hal 273 W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006)
Bernalar secara Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik suatu kesimpulan dari suatu prinsip atau sikap yang berlaku umum untuk kemudian ditarik kesimpulan yang khusus. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum,
Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tidak langsung.

1.      Menarik Simpulan secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung atau entimen, adalah suatu proses penarikan kesimpulan yang ditarik dari satu premis.
Misalnya:
1)      Semua S adalah P. (premis)
            Sebagian  P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
2)      Tidak satu pun S adalah P. (premis)
            Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)
Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)

2.      Menarik Simpulan secara Tidak Langsung
Penarikan simpulan secara tidak langsung atau silogisme, adalah suatu proses penarikan kesimpulan yang memerlukan dua data sebagai data utamanya. Dari dua data ini, akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat umum (PU) dan premis yang kedua bersifat khusus (PK). Sebagai umpama:
PU             : Setiap manusia akan mati
PK             : Pak ujang adalah manusia
K               : Pak ujang akan mati
   Hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu silogisme adalah sebagai berikut:
1.      Silogisme terdiri dari tiga pernyataan.
2.      Pernyataan (premis) pertama disebut premis umum.
3.      Pernyataan (premis) kedua disebut premis khusus
4.      Pernyataan ketiga disebut kesimpulan.
5.      Apabila salah satu premisnya negatif, maka kesimpuulannya pasti negatif.
6.      Dua premis negatif tidak dapat menghasilkan kesimpulan.
7.      Dari dua premis khusus tidak dapat ditarik kesimpulan.
         Pola penarikan kesimpulan tidak langsung atau silogisme, dapat dikelompokan kedalam beberapa jenis:
a.      Silogisme Kategorial
    Yang dimaksud dengan silogisme kategorial adalah, silogisme yang terjadi dari tiga proposisi (pernyataan). Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi, merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum, disebut premis mayor. Dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh:
PU       : Semua manusia bijaksana.
PK       : Semua polisi adalah bijaksana.
K         : Jadi, semua polisi bijaksana.
        Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor dan premis minor. Term penengah adalah silogisme diatas ialah manusia. Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.
Contoh:
PU       : Semua manusia tidak bijaksana.
PK       : Semua kera bukan manusia.
K         : Jadi, (tidak ada kesimpulan).
         Aturan umum mengenai silogisme kategorial adalah sebsgai berikut:
a)      Silogisme harus terdiri atas tiga term. Yaitu term mayor, term minor dan term penengah.
Contoh:
PU       : Semua atlet harus giat berlatih.
PK       : Xantipe adalah seorang atlet.
K         : Xantipe harus giat berlatih.
Term mayor = Xantipe.
Term minor = harus giat berlatih.
Term penengah = atlet.
Kalau lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah.
Contoh: Gambar itu menempel di dinding.
  Dinding itu menempel di tiang.
Dalam premis ini terdapat empat term, yaitu gambar yang menempel di dinding dan dinding menempel ditiang. Oleh sebab itu, disini tidak dapat ditarik kesimpulan.
b)      Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor dan simpulan.
c)      Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh: Semua semut bukan ulat.
  Tidak seekor ulat pun adalah manusia.
d)     Bilah salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
Contoh: PU     :Tidak seekor gajah pun adalah singa.
  PK     : Semua gajah berbelalai.
  K       : Jadi, tidak seekor singa pun berbelalai.
e)      Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
Contoh: PU     ; Semua mahasiswa adalah lulusan SMA
              PK     : Ujang adalah mahasiswa
  K       : Ujang adalah lulusan SMA
f)       Dari dua premis yang khusus, tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh: PU     : Sebagian orang jujur adalah petani.
  PK     : Sebagian pegawai negeri adalah orang jujur.
  K       : Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
g)      Bila salah satu premis khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh: PU     : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
  PK     : Sebagian pemuda adalah mahasiswa.
  K       : Jadi, sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.
h)      Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh: PU     : Beberapa manusia adalah bijaksana.
  PK     : Tidak seekor binatang pun adalah manusia.
  K       : Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
b.      Silogisme Hipotesis
   Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas pernyataan umum, pernyataan khusus, dan kesimpulan. Akan tetapi, premis umumnya bersifat pengandaian. Hal ini ditandai adanya penggunaan konjungsi jika dalam pernyataannya. Dengan demikian, pernyataan umumnya dibentuk oleh dua bagian. Bagian pertama disebut anteseden dan bagian keduanya disebut konsekuensi. Sementara itu, pernyataan khususnya menyatakan kenyataan yang terjadi, yang kemungkinannya hanya dua: sesuai atau tidak sesuai dengan yang diandaikannya itu.
Contoh PU : jika saya lulus ujian,      saya akan melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi.
                          (anteseden)                                              (konsekuensi)

c.       Silogisme Alterntif
               Silogisme ini menggunakan pernyataan umum yang memiliki dua alternatif. Jika alternative satu itu benar menurut pernyaataan khususnya, alternatif yang lain itu salah.
      Contoh:
      PU ; Lampu temple ini akan mati apabila minyaknya habis atau sumbunya                                               pendek. 
      PK  ;   Lampu ini mati, tetapi minyaknya tidak habis.
      K    :   Lampu ini mati karena sumbunya pendek.

d.      Entimen
   Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
PU ; Semua sarjana adalah orang cerdas.
PK ; Ali adalah seorang sarjana.
K   : Jadi, Ali adalah orang cerdas.
         Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia adalah seorang sarjana”.        
Beberapa contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
            Dengan demikian, silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, sebuah entimen juga dapat diubah menjadi silogisme.


C.  BERNALAR SECARA INDUKTIF

Penalaran induktif dilakukan terhadap fakta-fakta khususuntuk kemudian dirumuskan sebuah kesimpulan. Kesimpulan ini mencakup semua fakta yang khusus.
Contoh :
Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering   sakit. Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya yang tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh (kata kunci) berat beban hidupnya. (Ide pokok)
         Seperti halnya penalaran duduktif, cara bernalar induktif juga terbagi kedalam beberapa macam. Yakni:

1.      Generalisasi
   Generalisasi ialah proses penalaranyang megandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data, kita ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-pintar.” Hal ini dapat kita simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan gambaran seperti itu.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai.
Benar atau tidak benarnya rumusan kesimpulan secara generalisasi, itu dapat dilihat dari hal-hal berikut.:
1) Data itu harus memadai jumlahnya. Semakin banyak data yang dipaparkan, semakin benar simpulan yang diperoleh.
2) Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang benar.
3) Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.
Contoh generalisasi yang tidak sahih;
a) Orang garut suka rujak
b) Makan daging dapat menyebabkan penyakit darah tinggi.
c) Orang malas akan kehilangan banyak rejeki.
2. Analogi
   Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh:Nina adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
            Ali adalah lulusan akademi A.
            Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
            Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut.
1) Analogi dilakukan untuk meramalkan sesuatu.
2) Analogi dilakukan untuk menyingkap suatu kekeliruan.
3) Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
3. Hubungan Kausal
   Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang memiliki pola hubungan sebab akibat. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Hujan turun dan jalan-jalan becek. Ia kena penyakit kanker darah dan meninggal dunia. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, terdapat tiga pola hubungan kausalitas. Yaitu sebagai berikut:
a.       Sebab-Akibat
 Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
  Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap sebuah akibat yang nyata. Kalau kita melihat sebiji buah mangga terjatuh dari batangnya, kita akan memperkirakan beberapa kemungkinan penyebabnya. Mungkin mangga itu ditimpa hujan, mungkin dihempas angin, dan mungkin pula dilempari anak-anak. Pastilah salah satu kemungkinana itu yang menjadi penyebabnya.
b.      Akibat-Sebab
         Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk dicari penyebabnya.
Contoh ;Kemarin pak maman tidak masuk kantor. Hari inipun tidak. Pagi tadi  istrinya pergi ke apotek membeli obat. Oleh karena itu, pasti Pak Maman sedang sakit.
c.         Sebab Akibat -1 Akibat -2
Suatu penyebab dapat menyebabkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianaalah seterusnya, hingga timbul arangkaian beberapa akibat.
Contoh:
Mulai bualan mei 2012, harga beberapa jenis BBM direncanakan akan mengalami kenaikan. Terutama premium dan solar. Hal ini karena pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Dikarenakan harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang pasti ikutn naik. Naiknya harga barang akan dirasakan berat oleh masyarakat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan rakyat.


BAB 3
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

         Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2 macam, yaitu penalaran Deduktif dan penalaran Induktif.
         Penalaran Deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu, untuk seterusnya diambil kesimpulan yang khusus.  Penalaran Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari bentuk penalaran deduktif. Yakni menarik suatu kesimpulan dari fakta- fakta yang sifatnya khusus, untuk kemudian ditarik kesimpulan yang sifatnya umum.

B.     SARAN

           Sebagai seorang mahasiswa, kita dianjurkan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penalaran. Karena jika seseorang telah tahu apa yang dimaksud dengan penalaran, baik yang sifatnya deduktif atau induktif, akan mempengaruhi terhadap pola pikir yang ia kembangkan. Baik dalam menghadapi suatu masalah atau untuk menyimpilkan suatu masalah. Maka proses penalaran ini harus kita ketahui, bahkan pahami dengan sebenar-benarnya.

DAFTAR PUSAKA
 

Blogger news